Perbedaan Cbr Soaked Dan Unsoaked

Perbedaan Cbr Soaked Dan Unsoaked – SPBG Bogor 1 Bubulak JL KH R Abdullah bin Nuh PADA SURVEI KEKUATAN TANAH MENGGUNAKAN METODE CBR (CALIFORNIA FURENTIAN RATIO) Nilai CBR digunakan sebagai dasar perencanaan perkerasan perkerasan, besarnya tergantung liq kelas jalan yang dibutuhkan. Semakin tinggi nilai CBR maka kondisi lapisan tanah bawah semakin baik. Jika tanah asli memiliki nilai CBR yang rendah, konstruksi jalan akan cepat rusak. Nilai CBR dapat ditingkatkan dengan pemadatan, dalam praktiknya mengacu pada kadar air optimum dan kerapatan kering maksimum. Di SPBG Bubulok, nilai CBR background jalan adalah 1,26% dengan memperhitungkan kategori “buruk”. Oleh karena itu, untuk mencapai nilai CBR 5 sampai 10 dalam kategori “Sedang”, sebaiknya dicampur dengan jenis tanah lempung berpasir atau kapur, atau lapisan tanah yang memiliki CBR rendah harus diganti dengan tanah berkualitas baik dari sumber lain.

Menganggap nilai CBR laboratorium hanya sebagai pedoman (referensi) dalam aplikasi lapangan. Studi ini memberikan informasi nilai CBR rencana, kadar air optimum dan berat isi kering maksimum dari kondisi tanah di area SPBG. 2. TUJUAN Dapat digunakan untuk menentukan kekuatan atau daya dukung tanah asli berdasarkan nilai CBR dan meningkatkan nilai CBR sesuai dengan namanya yaitu cover. 3. TEORI DASAR CBR adalah rasio beban yang diperlukan untuk menembus sampel tanah 0,1″/0,2″ terhadap beban yang dibawa oleh kerikil standar pada kedalaman 0,1″/0,2″. Nilai CBR dinyatakan dalam persentase. Dengan demikian, nilai CBR merupakan nilai yang mewakili kualitas substrat dibandingkan material standar berupa batu pecah yang memiliki nilai CBR 100% saat membawa beban lalu lintas. CBR adalah perbandingan antara beban uji dengan beban standar dan dinyatakan dalam persentase. Nilai CBR dirancang untuk mengukur daya dukung beban, beban tanah dan beban perkerasan. Nilai CBR dapat diketahui dengan dua cara yaitu uji lapangan dan uji laboratorium. Pada penelitian ini CBR diperoleh dari uji laboratorium. CBR ditujukan untuk jalan raya hanya bila beban kendaraan adalah beban sementara (bukan beban permanen). CBR bukan untuk bangunan, rumah, dll (sebagai biaya tetap) karena beban permanen juga menghasilkan perhitungan. Walaupun CBR hanya untuk mengukur daya dukung tanah, bukan untuk mereduksinya. Biasanya ada tekanan besar di permukaan, maka semakin rendah, semakin rendah tekanannya. Misalnya, pada kedalaman 25 cm tegangan berkurang menjadi > ½ tegangan permukaan dan pada kedalaman 50 cm tegangan menjadi 1/8 tegangan permukaan. (Wesley) Semakin keras bahannya, semakin tinggi nilai CBR-nya. Misalnya, tanah pertanian biasanya memiliki nilai CBR sekitar 3, tanah lempung basah memiliki nilai CBR 4, pasir basah memiliki nilai CBR 10, dan agregat memiliki nilai CBR > 80. Tanah lapisan bawah yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan diperoleh secara lokal. atau timbunan dari penampang lain yang dipadatkan dengan kepadatan tertentu agar memiliki daya dukung yang mampu menahan perubahan volume selama penggunaan, walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan setempat dan spesies dengan angin. tanah 3 CBR Material dan jenis tanah yang berbeda Konstruksi jalan biasanya menggunakan material yang berbeda seperti agregat kasar, agregat halus, pasir dan filler (debu), serta aspal pengikat. Oglesby dan Hick (1982) melaporkan bahwa bahan yang paling umum untuk perkerasan jalan dan struktur adalah kerikil, kerikil, dan pasir. Sukirman (1999) menyatakan bahwa gradien kumulatif adalah distribusi partikel

Perbedaan Cbr Soaked Dan Unsoaked

Tabel 3 Nilai CBR Bahan Tanah Yang Biasa Dikenal 3 Komposisi Lapisan Jalan Di bawah ini adalah skema lapisan jalan dan nilai CBR untuk memikul beban yang melewatinya: Gambar 1 Lokasi Komposisi Lapisan Jalan Tabel 4 Nilai CBR ​sesuai dengan tata letak lapisan jalan

Penelitian Kekuatan Tanah

Tabel 5 Standar Perkerasan Tabel 6 Kriteria Deteriorasi CBR (Turnbull, 1968, Raharjo, 1985) Material Bagian Nilai CBR (%) Informasi Dasar Sangat Baik 20 – Baik 10 – 20 Cukup Baik 5 – 10 Buruk < 5 2 Kepadatan Tanah dan Kepadatan Potensial Menurut Sukirman (1999), beban lalu lintas yang dipindahkan ke lapis perkerasan oleh roda kendaraan kemudian didistribusikan ke sub lapis dan akhirnya diserap oleh sub lapis tersebut. Dengan demikian, tingkat kerusakan selama masa layan struktur perkerasan tidak hanya ditentukan oleh kekuatan lapisan perkerasan, tetapi juga oleh sublapisan. Kapasitas dukung substrat dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, tingkat kelembaban, kondisi drainase, dll. Tanah dengan tingkat kerapatan tinggi menunjukkan sedikit perubahan kadar air dan memiliki daya dukung yang lebih besar daripada tanah sejenis dengan kerapatan lebih rendah. Kepadatan dinyatakan sebagai persentase berat isi kering (gk) tanah terhadap berat isi kering maksimum (max gk). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji kerapatan standar (Standard Proctor) sesuai dengan AASHTO T99-74 atau PB-0111 atau uji kerapatan berat (Modified Proctor) sesuai dengan AASHTO T180-7 atau PB-0112-76. Daya dukung substrat pada perencanaan perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). CBR pertama kali diperkenalkan oleh California Department of Highways pada tahun 1928 (Sukirman, 1999). CBR adalah rasio antara beban yang diperlukan untuk menembus sampel tanah 0,1"/0,2" dan beban yang dibawa oleh kerikil standar pada penetrasi 0,1"/0,2". Nilai CBR dinyatakan dalam persentase. Dengan demikian, nilai CBR merupakan nilai yang mewakili kualitas substrat dibandingkan material standar berupa batu pecah yang memiliki nilai CBR 100% saat membawa beban lalu lintas. 2 Penentuan CBR Menurut Sukirman (1999), alat percobaan penentuan CBR adalah alat piston dengan luas 3 in2. Piston bergerak

Sama, maka ditentukan nilai persentase densitas yang dibutuhkan (95% Ŵd-max). Dari nilai kerapatan 95% dibuat garis pada diagram CBR dan diperoleh nilai CBR yang direncanakan (Gambar 3). Areal CBR digunakan untuk: a. Mendapatkan nilai CBR awal di lapangan, berdasarkan kondisi tanah pada saat itu, tetapi digunakan untuk memprogram ketebalan lapis perkerasan dimana lapis pondasi tidak lagi mampat. Investigasi dilakukan dalam kondisi air tanah tinggi (lapangan hujan) atau kondisi terburuk. ya. Untuk memeriksa apakah kepadatan yang diperoleh diinginkan atau tidak. Untuk keperluan tersebut biasanya digunakan tes, seringkali menggunakan tes lain seperti sand cone dan lain-lain. 4.4 Desain CBR Desain CBR juga disebut CBR atau desain laboratorium CBR. Dasar pembuatan jalan baru adalah tanah asli, tanah timbunan atau tanah galian yang dipadatkan dengan kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian, daya dukung substrat merupakan nilai daya dukung lapisan tanah setelah pemadatan tanah. Artinya nilai CBR tersebut selanjutnya adalah nilai CBR yang diperoleh dari sampel tanah yang dibuat untuk mewakili tanah tersebut

Terkompresi. Rencana titik CBR ini disebut CBR, dan karena disiapkan di laboratorium, maka disebut juga CBR laboratorium (Sukirman, 1999). CBR laboratorium dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu CBR laboratorium terimpregnasi (desain CBR terimpregnasi) dan CBR laboratorium tidak terimpregnasi (desain CBR tidak terimpregnasi). 4 Bowles Laboratory Compression Testing (1991) menjelaskan: Kompresi adalah upaya untuk meningkatkan kerapatan suatu material dengan menggunakan energi mekanik untuk memampatkan partikel laboratorium benda uji untuk mencapai kontrol kualitas dengan gaya impak atau dinamis, perangkat tekanan atau perangkat kompresi. menggunakan piston tekanan statis dan motor tekanan. Selain itu, Ismail (1995) memberikan rumus untuk menghitung energi tumbukan yaitu: …………………………… . .. .. …………. (2) Keterangan: b = berat palu, kg t = tinggi pukulan palu, m j = jumlah pukulan lapisan l = jumlah pukulan lapisan v = volume cetakan, m 3 2 Konstruksi perkerasan lentur Perkerasan berfungsi sebagai penopang tengah, permukaan yang rata menciptakan tingkat jalan yang stabil, dan dalam fungsinya, setiap lapisan memiliki kekakuan dan ketebalan yang cukup untuk mencegah kelongsoran dari atas ke bawah.(Ashford dan Wright, 1979) Perkerasan lentur terdiri dari lapisan permukaan, lapisan dasar dan lapisan subgrade yang masing-masing dapat berupa satu atau lebih lapisan. . Semuanya dipasang dengan tanah asli yang dipadatkan yang disebut subsoil, yang bisa di atas timbunan atau galian. Lapisan permukaan terdiri dari campuran aspal dan agregat, dengan ketebalan 5 cm atau lebih. Tugas utamanya adalah menyediakan permukaan yang rata dan fungsi pergerakan yang aman, memikul beban kerja dan mendistribusikan beban ke lapisan bawah (Basuki, 1986). Menurut Basuki (1986), ada beberapa metode untuk perencanaan perkerasan, antara lain:  Metode US Corporation of Engineers yang populer dengan sebutan metode CBR.  Metode Federal Aviation Administration (FAA)  Metode Load Classification Number (LCN)  Metode Asphalt Institute  Metode Canadian Division of Transformation Menurut Basuki (1989) ketika merancang ketebalan total perkerasan di atas tanah dasar berdasarkan nilai CBR, US Insinyur rumus empiris berikut dapat digunakan dari metode korpus:

Tabel 9: Hasil Uji Laboratorium 6. PEMBAHASAN Dalam menghitung nilai rasio CBR latar belakang di atas, digunakan nilai CBR terendah dari 4 sampel dari setiap titik. Hal ini dikarenakan dalam praktek di lapangan, nilai CBR terendah untuk desain tebal perkerasan seringkali diperoleh dari nilai CBR yang dihasilkan oleh benda uji yang berbeda, dan biasanya diperoleh dari benda uji.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah Dasar California Bearing Ratio (cbr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *