Perbedaan Vibrio Kuning Dan Hijau

Perbedaan Vibrio Kuning Dan Hijau – ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Vibrio sp.LAPORAN PRAKTIK BAKTERIOLOGI III Penulis : QARENIA WI AAM MALDINI1911050056 KURIKULUM TEKNOLOGI LABORATORIUM KEDOKTERAN UNIVERSITAS ILMU KESEHATAN KEDOKTERAN. PERKENALAN

Vibrio sp adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang melengkung (berbentuk koma) yang hidup sebagai anaerob fakultatif dalam air asin, tidak membentuk spora dan positif oksidase. Semua perwakilan dari bakteri ini aktif bergerak (motil), memiliki flagel di ujung sel dan selubung (Soedarto, 2015). Vibrio sp adalah bakteri yang paling melimpah di air permukaan di seluruh dunia. Vibrio sp dapat ditemukan di perairan laut dan dangkal (Jawetz dan Adelberg, 2012). Terdapat beberapa spesies bakteri Vibrio yang patogen, antara lain Vibrio cholerae dan Vibrio parahaemolyticus (Soedarto, 2015). Vibrio cholerae adalah batang melengkung berbentuk koma dengan panjang 2-4 μm. Bakteri ini dapat bergerak aktif menggunakan flagela. Dalam budaya lama, Vibrio cholerae dapat dilihat sebagai batang lurus menyerupai enterobakteria gram negatif. Vibrio cholerae membentuk koloni bulat, melengkung dan halus. Vibrio cholerae dan sebagian besar Vibrio sp lainnya dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37°C. Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada agar thiosulfate citrate bile salt sacrosa (TCBS), dimana ia membentuk koloni kuning yang dapat dilihat langsung dengan latar belakang agar berwarna hijau tua. Vibrio sp bersifat oksidase positif, yang membedakannya dari enterobakteria gram negatif. Vibrio sp biasanya tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5–9,5) dan dapat mati dengan cepat oleh asam (Jawetz dan Adelberg, 2012). Vibrio cholerae memfermentasi sukrosa dan manitol. Hasil uji oksidase yang positif merupakan langkah kunci dalam mengidentifikasi suspek Vibrio cholerae dan Vibrio lainnya. Sebagian besar spesies Vibrio sp bersifat halotoleran (tahan terhadap garam) dan NaCl sering merangsang pertumbuhannya. Beberapa Vibrio sp bersifat halofilik dan membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya (Jawetz dan Adelberg, 2012). Dalam kondisi alami, Vibrio cholerae bersifat patogen hanya pada manusia. Kolera bukanlah infeksi invasif. Organisme ini tidak masuk ke aliran darah, tetapi tetap berada di saluran pencernaan. Sekitar 60% infeksi yang disebabkan oleh Vibrio cholerae klasik tidak menunjukkan gejala. Masa inkubasi adalah 1-4 hari untuk orang yang mengalami gejala, tergantung pada ukuran inokulum yang tertelan. Tiba-tiba mual, muntah dan diare parah disertai kram perut. Tinja yang bentuknya seperti air beras ini mengandung lendir, sel epitel, dan banyak vibrio. Kehilangan cairan dan elektrolit terjadi

Perbedaan Vibrio Kuning Dan Hijau

Yang dengan cepat menyebabkan dehidrasi parah dan anuria (Jawetz dan Adelberg, 2012). Bakteri dapat diidentifikasi secara mikroskopis dan dapat hidup dengan baik pada media TCBS yang mengandung asparagin dan garam mineral sebagai sumber karbon dan nitrogen. Vibrio tidak dapat dibuktikan secara kasat mata berdasarkan ciri morfologinya saja, sehingga harus dilakukan uji biokimia (Suliyaningsih, 2020). A. Kultur Kultur Pertumbuhan cepat pada media agar pepton dan agar TCBS dengan karakteristik koloni yang khas bila diinkubasi selama 18-24 jam. Untuk media pengayaan, beberapa sampel feses dapat diinkubasi selama 6-8 jam dalam pepton taurokolat pada pH (8,0-9,0), mikroorganisme dari kultur tersebut dapat diwarnai atau disubkultur (Suliyaningsih, 2020). B. Pengamatan Morfologi Makroskopis dan Mikroskopis 1) Pengamatan makroskopik pertumbuhan koloni dapat diamati secara makroskopik dengan mengamati bentuk, warna, ukuran dan tinggi koloni pada media TCBS. Koloni yang biasanya diduga sebagai bakteri Vibrio cholerae berwarna kuning keruh, melengkung dan tampak berbutir bila terkena cahaya (Suliyaningsih, 2020). 2) Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram adalah pewarnaan yang hanya dilakukan di laboratorium mikrobiologi untuk mengidentifikasi bakteri. Secara mikroskopis, morfologi organisme hanya merupakan ciri pewarnaan gram, sehingga proses ini merupakan langkah awal dalam identifikasi. Ada dua jenis pewarnaan gram: pewarnaan gram positif dan negatif. Lapisan peptidoglikan tipis yang mengandung lipid milik bakteri gram negatif, sedangkan lapisan peptidoglikan tebal milik bakteri gram positif. Saat memotong noda, instrumen yang digunakan harus steril dan bebas dari lipid. Bakteri dengan lapisan peptidoglikan yang lebih sederhana lebih mudah menyerap zat warna crystal violet (Gram A) hingga akhir proses pewarnaan, sehingga memberikan warna ungu pada dinding sel bakteri Gram positif. Bakteri gram negatif memberikan warna merah pada dinding sel karena bakteri tidak dapat menyimpan zat tersebut

Pdf) Antibacterial Effects Of Curcuma (curcuma Xanthorriza) On Vibrio Alginolyticus In Baramundi

3 Alat 1. Bunsen 2. Pipet ukur 3. Pompa pengisi 4. Tabung reaksi 5. Cawan petri 6. Kisi tabung reaksi 7. Inkubator 8. Jarum loop 9. Mikroskop 10. Kaca objek 11. Kaca penutup 12. Mortar 13. Alu 14. Kertas saring 3 Bahan kerja 1. Daging ikan 2. Insang ikan 3. Hati ikan 4. Mata ikan 5. Terasi 6. Keraca 7. Kerang hijau 8. Media MCA 9. Kertas label 10. Kristal violet 11. Yodium Lugol 12. Alkohol aseton 13. Safranin 14. Aquas

Kemiringan media TSA : 1. Warna : putih kekuningan 2. Bentuk : bulat, konsentris 3. Ukuran : kecil 4. Tinggi : tidak beraturan 5. Tepi koloni : bergelombang 6. Permukaan koloni : licin

4 Pembahasan Vibrio adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang melengkung (mirip koma) yang hidup fakultatif anaerobik dalam air asin, tidak membentuk spora, dan positif terhadap oksidase. Semua perwakilan bakteri ini aktif bergerak (motil), memiliki flagela di ujung sel, dan memiliki amplop. Beberapa spesies bakteri Vibrio sp bersifat patogen yang sering menyebabkan gastroenteritis (Soedarto, 2015). Bakteri ini merupakan bakteri yang hidup di air laut dan air tawar, sehingga cenderung mengkonsumsi makanan yang berasal dari air, seperti ikan, krustasea, monyet dan lain-lain. Vibrio sp. Ini terdiri dari tiga langkah, yaitu isolasi / kultur, pemurnian dan pengujian biokimia. Isolasi Vibriobakteri dilakukan dengan terlebih dahulu menumbuhkan bakteri dalam media MCA. Sampel hati ikan yang telah dicampur dan dimasukkan ke dalam peptone water dituangkan ke dalam cawan kemudian ke dalam media MCA suam-suam kuku.

Tuangkan ke dalam cawan yang berisi sampel dan biarkan memadat. Cawan diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37oC. Media MCA merupakan media kultur dengan senyawa kunci yaitu laktosa, garam empedu dan warna merah netral sebagai indikator warna. MCA adalah media yang dirancang untuk menumbuhkan dan membedakan bakteri Gram-negatif berdasarkan kemampuannya memfermentasi laktosa. Pada bakteri yang dapat memfermentasi laktosa. Koloni dan media berwarna merah atau pink karena terbentuknya asam dari fermentasi laktosa, dengan adanya warna merah netral indikator media berwarna merah atau pink. Pada bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa, koloni dan media kultur berwarna bening atau berwarna karena bakteri tersebut tidak dapat memfermentasi laktosa dalam keadaan asam (Holderman et al., 2017). Setelah 2 jam inkubasi, media dimonitor ada tidaknya pertumbuhan bakteri. Hasil pengamatan menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri dan perubahan warna kuning pada media merah. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri pada sampel hati ikan tidak dapat memfermentasi laktosa. Setelah bakteri ditumbuhkan pada media MCA, bakteri dikultur dan dimiringkan pada media TSA kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37 oC. Hasil berikut kemudian diamati dan diperoleh:

Struktur Sel Bakteri

Ervianti, Herpandi, Baehaki A. 2017. Sifat fisikokimia dan sensori burger rajungan (Anadara granosa). Fistech-Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 6(2): 134- Fitriyana, Meuthika Muda. Hestiningsih, Resti dan Dwi, Sutiningsih. 2015. Kajian Jumlah Mikroba Total dan Keberadaan Vibrio cholerae pada Petis yang Dijual Pedagang Petis Tahu di Kelurahan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 3(1): 152-161. Holderman, Michelle W, Edwin De. Sandy, Rondonuvu. 2017. Deteksi bakteri pada pegangan eskalator di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains 17(1): 13-18. Jawetz, Melnik, dan Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran, edisi ke-25. EG: Jakarta. Ningsih, Ryan. 2014. Saran Sanitasi Makanan dan Minuman serta Kualitas Makanan yang Dijual Pedagang di Lingkungan SDN Kota Samarinda. Jurnal Kesehatan Masyarakat 10(1): 64-72. Rahman, Ahmad Najib. Sabdoningrum, Amy. Widya, Paramita. Sri, Chusniati. Muhammad, Yunus dan Panji, Srianto. Isolasi dan identifikasi Vibrio sp sebagai agen penyebab vibriosis kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Kabupaten Banjuvangi. Veterina Medika 10(1) :1- Rupina W, Trianto HF, Fitrianingrum I. 2016. Pengaruh salep ekstrak etanol daun karamunting 70% terhadap reepitelisasi luka insisi kulit Tikus Wistar Obat Indonesia4(1):26-30. Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. CV Sagung Seto: Jakarta Suliyaningsih. 2020. Deteksi Bakteri Vibrio Cholerae pada Kerang Hijau (Perna Viridis) yang Dijual di Pasar Legi Jombang. Artikel ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika: Serangan bakteri Vibrio Jombang pada udang menjadi salah satu penyebab kematian udang secara massal dan gagal panen. Serangan bakteri ini cukup berbahaya, karena selama ini belum ada cara mengatasi bakteri vibrio di tambak selain dengan melakukan pencegahan. Lihat uraian di bawah ini untuk penjelasan lebih lanjut.

Bakteri ini merupakan bakteri penyebab WSSV, penyakit yang menjadi perhatian petambak udang karena dapat menyebabkan kematian udang hingga 80% dalam hitungan hari.

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit bakteri yang menginfeksi larva udang. Larva yang terinfeksi bakteri ini tampak bersinar dalam gelap. Penyakit bakteri ini biasanya ditemukan pada musim hujan, saat salinitas menurun dan terjadi perbedaan suhu air tambak yang besar.

Bakteri ini adalah agen penyebab AHPND, atau EMS, penyakit yang menyebabkan kematian hingga 100% pada udang. Kematian akibat AHPND terjadi selama perawatan awal DOC kurang dari 40 hari.

Apa Saja Dasar Pengelompokan Bakteri?

Bakteri ini dapat menginfeksi udang air tawar. Walaupun infektivitas V. anguillarum lebih rendah dibandingkan vibrio lainnya, namun kemampuan V. anguillarum menginfeksi udang dapat mencapai 100% bila kepadatan populasi udang terlalu tinggi.

Perlu diperhatikan kelimpahan vibriobakteri, terutama di tambak yang berbasis sedimen tanah, air tambak dan tubuh udang. Vibrio sp. batas aman kelimpahan. dalam air adalah 102-103 CFU/ml. Jika ada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *